The Conversation

Tentang kami

About us

The Conversation Indonesia adalah platform media digital nirlaba yang menyebarkan informasi berbasis bukti dan sains bersumber dari dosen dan peneliti. Kami menerbitkan konten di platform www.theconversation.com/id dan kanal-kanal media sosial. Konten kami bebas diakses secara gratis sebagai bagian dari upaya kami meningkatkan kualitas diskusi publik. 

The Conversation Indonesia is a non-profit digital media platform that delivers evidence-based information sourced from researchers and academics. We publish content on our platform www.theconversation.com/id and social media channels. Our content is freely accessible as part of our efforts to improve the quality of public discourse.

The Conversation Indonesia bagian dari jaringan global The Conversation International yang beroperasi di Australia dan Selandia Baru (Pasifik), Indonesia (Asia), Amerika Serikat dan Kanada (Amerika Utara), Prancis, Spanyol dan Inggris (Eropa), Afrika, dan Brasil (Amerika Selatan). 

The Conversation Indonesia is part of The Conversation International's global network that operates in Australia and New Zealand (Pacific), Indonesia (Asia), the United States and Canada (North America), France, Spain and the United Kingdom (Europe), Africa and Brazil (South America).

Visi The Conversation Indonesia adalah menjadi platform media terdepan Indonesia yang memberdayakan peneliti, akademikus, dan pakar-pakar Indonesia untuk berkolaborasi, menyebarluaskan pengetahuan, menyampaikan informasi dan mendidik generasi muda - sehingga terbangun masyarakat yang berlandaskan pengetahuan, rasional, inklusif, dan progresif. 

Our vision is to be Indonesia's leading media platform that empowers Indonesian researchers, academics and experts to collaborate, spread knowledge, communicate information and educate the younger generation - thus building a knowledge-based, rational, inclusive and progressive society.

Untuk mencapai visi tersebut kami memiliki misi: 

  • Menerbitkan berbagai konten kredibel dalam bentuk informasi berbasis sains dan analisis situasi terkini terkait Indonesia dan dunia untuk membawa informasi berbasis sains dalam perbincangan sehari-hari di Indonesia.  
  • Memfasilitasi dialog bermakna antara para pakar, jurnalis, dan masyarakat, mendorong kolaborasi, menginspirasi pertukaran ide, membangun pemahaman yang lebih dalam, mendorong pembuatan kebijakan berbasis bukti untuk kemaslahatan masyarakat Indonesia.
  • Mendorong kolaborasi beragam pemangku kepentingan dari berbagai institusi dan peneliti. 

To achieve this vision our mission is to:

  • Publish credible content in the form of science and analysis-based information of current events in Indonesia and the world to bring science-based information into everyday conversations in Indonesia.
  • Facilitate meaningful dialogue between experts, journalists, and the public, encourage collaboration, inspire the exchange of ideas, build deeper understanding, and encourage evidence-based policy making for the benefit of Indonesian society.
  • Encourage multi-stakeholder collaboration from various institutions and researchers.

Tim redaksi The Conversation Indonesia berkolaborasi dengan para dosen dan peneliti untuk menerjemahkan analisis dan riset mereka ke dalam bahasa sehari-sehari yang mudah dimengerti oleh semua kalangan masyarakat. Kami hadir untuk meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai isu-isu penting dan kompleks. Harapannya, kami dapat meningkatkan kualitas perdebatan dan perbincangan publik.

The Conversation Indonesia editorial team collaborates with lecturers and researchers to translate their analysis and research into everyday language that is easily understood by all. We exist to increase public understanding of important and complex issues. We hope to improve the quality of public debate and discourse.

Semua penulis dan editor tunduk pada Piagam Editorial serta Panduan dan Gaya Bahasa The Conversation. Semua kontributor harus mengikuti aturan di Kebijakan Standar Komunitas kami. Kami mengharuskan penulis menerbitkan artikel sesuai bidang kepakaran mereka. Para penulis The Conversation Indonesia dapat bergabung dalam jaringan TCID Author Network, yang menjadi ruang berbagi dan kolaborasi antar penulis kami. 

All writers and editors are subject to The Conversation's Editorial Charter and Language and Style Guide. All contributors must follow our Community Standards Policy. We require authors to publish articles in their areas of expertise. The Conversation Indonesia writers are eligible to join the TCID Author Network, which provides a space for sharing and collaboration between our writers.

Kami meyakini akses informasi harus terbuka dan bebas. Karena itu, kami beroperasi di bawah prinsip Creative Commons. Artikel kami bebas dibaca (tidak ada paywall) dan bisa diterbitkan ulang (republikasi) oleh media manapun secara gratis. Media lain hanya butuh mencantumkan kredit dan countercode.

We believe access to information should be open and free. Therefore, we operate under Creative Commons principles. Our articles are free to read (no paywall) and any media republish our content for free. Media outlets only need to properly credit our authors and use our countercode.

The Conversation Indonesia juga mengadakan berbagai kegiatan untuk memfasilitasi dialog bermakna antara ilmuwan dan publik. Kami menyelenggarakan berbagai pelatihan untuk menguatkan kapasitas komunikasi sains akademikus, jurnalis, dan konten kreator muda. 

The Conversation Indonesia also organises various activities to facilitate meaningful dialogue between scientists and the public. We organise training to strengthen the capacity of academics, journalists and young content creators to communicate science.

Kami menyelenggarakan program pengembangan kepemimpinan bagi ilmuwan muda, Science Leadership Collaborative, untuk mendukung transformasi para peneliti berprestasi menjadi pemimpin yang efektif dan memiliki budaya kolaboratif. 

We run a leadership development program for young scientists, Science Leadership Collaborative, to support the transformation of outstanding researchers into effective leaders who embrace the culture of collaboration.

Kami juga menyelenggarakan program pelatihan produksi video dokumenter untuk konten kreator muda. 

We also organise documentary video production training programs for young content creators.

Nilai dan budaya organisasi 

Organisational values and culture

The Conversation Indonesia dalam mengambil keputusan dan mengembangkan kegiatan mengacu pada nilai-nilai yang menjunjung tinggi: integritas, kesetaraan, transparansi, independensi, inklusivitas, objektivitas, dampak, dan kolaborasi. 

In our decision making and in developing programs and activities we adhere to the values of: integrity, equality, transparency, independence, inclusiveness, objectivity, impact, and collaboration.

Sementara itu, dalam memandu bagaimana kami berinteraksi dan bersikap, kami mengacu pada budaya organisasi yaitu: disiplin, profesional, saling menghormati dan menganggap setiap suara berarti, berpikiran terbuka, menjunjung keseimbangan antara hidup dan kerja, memfasilitasi kerja sama tim, dan rasa memiliki. 

Meanwhile, in navigating how we interact and behave, we refer to our organisational culture: discipline, professionalism, mutual respect and valuing every voice, open-mindedness, upholding work-life balance, facilitating teamwork, and a sense of belonging.

Sejarah The Conversation Indonesia 

The Conversation Indonesia’s history

Yayasan The Conversation Indonesia berdiri pada 4 September 2017 dan situs The Conversation Indonesia diluncurkan pada 6 September 2017. 

The Conversation Indonesia Foundation was established on September 4, 2017 and The Conversation Indonesia website was launched on September 6, 2017.

Yayasan The Conversation Indonesia didirikan oleh tokoh-tokoh nasional Indonesia:

  • Aristides Katoppo (1938-2019) - tokoh pers nasional, pendiri harian Sinar Harapan
  • Profesor Jatna Supriatna - ahli biologi konservasi Universitas Indonesia dan anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI), 
  • Profesor Sangkot Marzuki - ahli biologi molekuler yang merevitalisasi dan memimpin Lembaga Biologi Molekuler Eijkman dari 1990-2014, dan memimpin AIPI sebagai Ketua pada 2008 - 2018, 
  • Sri Indrastuti Hadiputranto - pengacara, pendiri Hadiputranto & Partners. 

The Conversation Indonesia Foundation was established by Indonesian national figures:

  • Aristides Katoppo (1938-2019) - national press figure, founder of the daily Sinar Harapan.
  • Professor Jatna Supriatna - conservation biologist at the University of Indonesia and member of the Indonesian Academy of Sciences (AIPI),
  • Professor Sangkot Marzuki - a molecular biologist who revitalised and led the Eijkman Institute of Molecular Biology from 1990-2014, and led AIPI as Chair from 2008 - 2018,
  • Sri Indrastuti Hadiputranto - lawyer, founder of Hadiputranto & Partners.

Dewan Pembina The Conversation Indonesia

RTS Masli, pemilik PT Strategy Advertising, mendukung Yayasan The Conversation Indonesia dengan meminjamkan kantor di Jl. Kebayoran Lama 18 C-D, Jakarta sebagai alamat domisili legal. 

RTS Masli, owner of PT Strategy Advertising, supports The Conversation Indonesia Foundation by lending its office at Jl. Kebayoran Lama 18 C-D, Jakarta as its legal address.

Ide peluncuran situs The Conversation Indonesia dan pendirian Yayasan The Conversation Indonesia terbangun sesudah pertemuan pada tahun 2015 antara Professor Sangkot Marzuki dan pencetus ide sekaligus pendiri The Conversation, Andrew Jaspan–mantan pemimpin redaksi The Age dan The Observer. Edisi pertama The Conversation hadir di Australia di bawah The Conversation Media Group pada 2011. 

The idea of launching The Conversation Indonesia website and establishing Yayasan The Conversation Indonesia came about after a meeting in 2015 between Professor Sangkot Marzuki and The Conversation's initiator and founder, Andrew Jaspan - former editor-in-chief of The Age and The Observer. The first edition of The Conversation was established in Australia under The Conversation Media Group in 2011.

Prof. Sangkot Marzuki dan Andrew Jaspan

Sebagai ilmuwan yang mendukung pengembangan budaya ilmiah nasional, Professor Sangkot, yang saat itu juga Ketua AIPI, melihat peran The Conversation penting dalam mengembangkan kapasitas ilmuwan terkait aktivitas mengkomunikasikan sains ke publik.

As a scientist who supports the development of a national scientific culture, Professor Sangkot, who was also the Chair of AIPI at the time, sees The Conversation to hold a vital role in developing the capacity of scientists to communicate science to the public.

“Misi The Conversation Indonesia untuk menggali hasil penelitian para ilmuwan Indonesia dan menyebarkannya dalam bahasa yang mudah dipahami, sungguh sejalan dengan upaya AIPI dalam mendorong budaya ilmiah unggul di Indonesia. Tentu saja, hadirnya The Conversation Indonesia juga membantu memberi lebih banyak ruang kepada para ilmuwan Indonesia untuk menyebarluaskan temuan-temuan mereka. Banyak di antara temuan itu sangat relevan untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi masyarakat sehingga sangat penting diketahui berbagai kalangan,” kata Profesor Sangkot. 

"The Conversation Indonesia's mission to explore the research results of Indonesian scientists and disseminate them in a language that is easy to understand, is in line with AIPI's efforts to encourage a culture of scientific excellence in Indonesia. Of course, the presence of The Conversation Indonesia also helps give more space to Indonesian scientists to share their findings. Many of these findings are very relevant to solving problems faced by society, so it is very important for people to know about them," said Professor Sangkot.

Professor Sangkot merangkul tokoh pers nasional Aristides Katoppo, serta ahli biologi konservasi Jatna Supriatna, dan pengacara Sri Indrastuti Hadiputranto yang menyambut ide pendirian The Conversation Indonesia. 

Professor Sangkot reached out to national press figure Aristides Katoppo, as well as conservation biologist Jatna Supriatna, and lawyer Sri Indrastuti Hadiputranto who welcomed the idea of establishing The Conversation Indonesia.

“Sebenarnya sudah lama terkandung hasrat dan niat di pelbagai kalangan menjawab bagaimana hasil riset Indonesia yang sangat banyak dan mungkin juga sangat bermanfaat dapat lebih luas dikenal di luar kalangan akademikus. Dengan mempopulerkan riset-riset pilihan yang bermanfaat bagi masyarakat, kaum peneliti dan ilmuwan Indonesia memenuhi bukan hanya tanggung jawab mereka terhadap almamater tetapi juga tanggungjawab sosial. Kita punya pepatah, ‘tidak kenal, tidak disayang’, dengan upaya ini diharapkanpenelitian-penelitian Indonesia lebih dikenal, lebih disayang,” kata Aristides.   

"Actually, there has long been a desire and intention in various circles to address how Indonesia's vast and possibly very useful research results can be more widely known outside academic circles. By popularising selected research that benefits society, Indonesian researchers and scientists fulfil not only their responsibility to their institutions but also their social responsibility. We have a saying, 'you can't love, if you don't know', so with this effort it is hoped that Indonesian research can be better known, and thus more loved," said Aristides.

Situs The Conversation Indonesia diluncurkan dengan tim beranggotakan empat orang, dipimpin Editor Eksekutif Prodita Kusuma Sabarini, di bawah dukungan dari The Conversation Media Group. 

The Conversation Indonesia website was launched with a team of four, led by Executive Editor Prodita Kusuma Sabarini, under the support of The Conversation Media Group.

Hibah dari Myer Foundation, Open Society Foundation, dan Kedutaan Perancis di Jakarta menyokong dua tahun pertama masa-masa percobaan The Conversation Indonesia. Firma hukum Soemadipradja & Taher memberi dukungan konsultasi hukum pro bono bagi Yayasan The Conversation Indonesia. AIPI, sebagai mitra tuan rumah,  meminjamkan sebagian ruang kantornya di Perpustakaan Nasional untuk The Conversation.

Grants from the Myer Foundation, the Open Society Foundation and the French Embassy in Jakarta supported the first two years of The Conversation Indonesia's pilot period. The law firm Soemadipradja & Taher provided pro bono legal consultancy support to The Conversation Indonesia Foundation. AIPI, as host partner, lent its office spaces at the National Library to The Conversation.

Memasuki 2019, Yayasan The Conversation Indonesia menerima dukungan hibah dari Ford Foundation, David and Lucile Packard Foundation, dan program kemitraan pemerintah Indonesia dan Australia, Knowledge Sector Initiative, dan Yayasan Tifa. Dukungan hibah ini mengembangkan kapasitas manajemen keuangan mandiri organisasi, memperluas cakupan ruang lingkup produksi dan promosi konten, serta mendukung pengembangan bisnis organisasi. 

Entering 2019, The Conversation Indonesia Foundation received grant support from the Ford Foundation, the David and Lucile Packard Foundation, and the Indonesian and Australian government partnership program, Knowledge Sector Initiative and Tifa Foundation. These grants support the organisation's financial management capacity, expand the scope of content production and promotion, and support the organisation's business development.

Perkembangan organisasi 

Organisation Development

Dukungan hibah yang diterima Yayasan The Conversation Indonesia pada 2019 mendorong pertumbuhan staf yang signifikan. Jumlahnya hampir tiga kali lipat dari empat menjadi sebelas orang. Pertumbuhan ini mencakup pembentukan dua divisi baru, Finance & Management dan Business Development & Partnership, serta penambahan editor politik, lingkungan, bisnis dan ekonomi, serta associate editor.  

The grant support received by The Conversation Indonesia Foundation in 2019 led to significant staff growth. The team nearly tripled from four to eleven people. This growth included the creation of two new divisions, Finance & Management and Business Development & Partnership, as well as the addition of political, environmental, business and economic editors, and associate editors.

Yayasan The Conversation kemudian mengalami pertumbuhan jumlah staf yang moderat setiap tahunnya. Pada 2020, kami menambah posisi multimedia producer untuk mengembangkan konten format video dan audio untuk saluran Youtube dan platform media sosial. Pada 2021, kami menambah unit kerja program fellowship, yang kemudian bertansformasi menjadi program Science Leadership Collaborative.

The Conversation Foundation has subsequently experienced moderate growth in staff numbers each year. In 2020, we added a multimedia producer position to develop video and audio content for our YouTube channel and social media platforms. In 2021, we added a fellowship program work unit, which later transformed into the Science Leadership Collaborative program.

Pada 2022, memasuki tahun ke-5 beroperasi, kami menjalani proses penyelarasan organisasi untuk memastikan fondasi organisasi yang kuat yang mendukung pengambilan keputusan yang cepat dan delegasi tanggung jawab yang efektif. Restrukturisasi ini bertujuan mendorong kinerja yang optimal sehingga Yayasan The Conversation Indonesia semakin menciptakan dampak sosial yang nyata yang ditopang keberlanjutan pendanaan yang kuat dan stabil. 

In 2022, entering our 5th year of operation, we underwent an organisational realignment process to ensure a strong organisational foundation that supports quick decision-making and effective delegation of responsibilities. This restructuring aims to drive optimal performance so that The Conversation Indonesia Foundation continues to create real social impact supported by strong and stable financial sustainability.

Hasil dari proses penyelarasan organisasi adalah ditetapkannya struktur organisasi yang baru di bawah ini pada Agustus 2022 dan pengangkatan Prodita Sabarini menjadi CEO & Publisher The Conversation Indonesia (sebelumnya Eksekutif Editor), Ika Krismantari menjadi Chief Editor & Content Director (sebelumnya Head of Editorial). Pada September 2022, Bodhi Ahmad Trisnadin bergabung sebagai Finance & Operations Director. 

The result of the organisational realignment process was the establishment of the new organisational structure below in August 2022 and the appointment of Prodita Kusuma Sabarini as CEO & Publisher of The Conversation Indonesia (previously Executive Editor), Ika Krismantari as Chief Editor & Content Director (previously Head of Editorial). In September 2022, Bodhi Ahmad Trisnadin joined as the Finance & Operations Director.

Saat ini total staf The Conversation Indonesia menjadi 21 orang, yang artinya meningkat lebih dari 5 kali lipat semenjak pertama kali berdiri pada tahun 2017. 

The Conversation Indonesia's staff now totals 21, which is more than a 5-fold increase since its establishment in 2017.

Baca laporan tahunan kami di sini. 

​​Read our annual report here.

Laporan Tahunan 2021 

Annual Report 2021

Laporan Tahunan 2022

Annual Report 2022